Mukkadimah
Menemukan konstruk teoritis demikian memang tidak terlalu mudah dan bahkan mungkin masih dalam taraf penjelajahan/penjajagan (eksploratif). Konstruk teoritis itu terbagi atas: 1) wilayah definisi gerakan mahasiswa dan pemuda, 2) masalah yang dihadapi mahasiswa dan pemuda, 3) pola-pola kebudayan yang membentuknya, 4) pendekatan studi ideologi terhadap gerakan mahasiswa dan pemuda.
Persoalan yang berkenaan dengan pengembangan konstruk teoritis yaitu terutama dalam hubungan dengan kebutuhan pemahaman gerakan mahasiswa dan pemuda kontemporer. Dalam kaitan dengan hal ini, sejumlah pertanyaan penting dapat diajukan: bagaimana sebaiknya mendefinisikan gerakan mahasiswa dan pemuda kontemporer di Kalimantan Selatan? Di atas landasan apa identifikasi terhadap gerakan-gerakannya dilakukan? Apakah landasan ideologi agama atau ideologi nasionalis atau ideology sosialis atau ideologi materialistik/kemapanan (ideologi uang). Apakah ada tarik menarik antar ideologi di atas dalam tubuh gerakan-gerakan tersebut dan bagaimana wujudnya? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi relevan guna membuka peluang bagi pengujian yang lebih kritis di alam empirik terhadap studi mengenai topik gerakan mahasiswa dan pemuda.
Lintas Sejarah Gerakan Mahasiswa dan Pemuda
Gerakan mahasiswa dan pemuda tidak bisa dipisahkan satu sama lain, pada awalnya berjalan linier pada waktu tertentu bersilang jalan. Bangun gerakanpun kadang-kadang sama tetapi juga bisa berbeda.
Secara nasional gerakan mahasiswa dan pemuda dapat kita lihat dari gerakan pemuda dalam masa-masa penjajahan, seperti lahirnya Taman Siswa sampai pada gerakan Sumpah Pemuda. Gerakan ini bersifat membangun nasionalisme. Masa revolusi gerakan pembersihan terhadap komunis dan penurunan pemerintahan Orde Lama di Indonesia ditanda dengan gerakan angkatan 66, dengan poros gerakan pada mahasiswa di kampus (Dewan Mahasiswa UI/FE). Gerakan ini lebih bersifat ideologis anti komunisme. Ketika Orde Baru mulai mapan, di awal 1970-an, terjadi gerakan mahasiswa anti bantuan asing pada tahun 1974 yang dikenal dengan Malari dan gerakan anti pembangunan TMII yang dananya dari bantuan asing. Gerakan ini bersifat ideologis anti kapitalisme. Beruntun dengan itu di awal 1980-an terjadi berbagai gerakan anti NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) yang diberlakukan oleh Orde Baru. Gerakan ini bersifat pembebasan keterpasungan. Beriringan dengan ini mulai tumbuh gerakan-gerakan keagamaan (Islam), dimana pada saat itu terjadi penekanan dan pengekangan terhadap aktifis-aktifis mahasiswa dan pemuda Islam, serta pembebasan terhadap sekulerisasi. Gerakan ini oleh Orde Baru diberi label ‘Gerakan Islam Fundamentalis’. Muncullah gerakan Islam kontemporer di Kampus-kampus, seperti: Darul Arqam, Ikhwanul Muslimin, Gerakan Mahasiswa Salman (Masjid Salman ITB), di Jogjakarta: gerakan kelompok Mardliyah, kelompok Masjid Syuhada, maupun kelompok Jamaah Saaluddin (hall UGM), Hidayatullah (pusat di Samarinda, KalTim), gerakan Remaja-remaja Masjid/Angkatan Muda Masjid, yang ini kemudian bersatu di bawah payung LDK (Lembaga Dakwah Kampus), kemudian mulai masuk gerakan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) di kampus-kampus. Tidak terlupakan organisasi formal ekstrakulikuler, seperti PMII dan HMI.
Di Kalimantan Selatan, gerakan nasionalis yang dilakukan oleh golongan muda terpelajar (pelajar SR dan H.I.S). mendirikan organisasi Sri Budiman, Budi Sempurna dan Indra Buana (antara tahun 1901 s/d 1907). Kemudian pada tahun Tahun 1920 didirikan peerkumpulan “Serikat Harta”, tujuannya adalah mengumpulkan modal yang nanti bisa dibuat untuk dasar modal Bank Koperasi. Pada tahun 1923 didirikan organisasi Srie (berbentuk Study Club). Pendirinya Dr. Rusma, Gt. Citra, Kumala Ajaib, Amir Hasan, Mas Abi dan Abdullah. Kegiatannya: Taman bacaan (bernama “Het Leesgeselschap”), penerbitan majalah mingguan (bernama “Malam Djum’at”). Majalah ini dipimpin oleh Amir Hasan dan Saleh Balala. Mulo baru didirikan tahun 1927. Organisasi yang lahir sesudah tahun 1927, yaitu: Persatuan Pemuda Marabahan (PPM) di Marabahan dipelopori M. Ruslan membentuk Borneo Padvinders Organisatie dan Particuliere Hollandsch Inlandsche School atau HIS Partikulir (kemudian dirubah menjadi Perguruan Taman Siswa), Persatuan Putera Borneo Banjarmasin (PPB) cabang dari Surabaya (tahun 1929), Persatuan Putera Barabai di Barabai, dimana pergerakan-pergerakan ini berdiri karena pengaruh kongres Pemuda 1928.
Pada tahun 1930 PPM menjadi Serikat Kalimantan, kemudian tahun 1931 menjadi Barisan Indonesia (Bindo). Muncul juga pada masa ini Borneo Pandu Bond, yang kemudian diganti menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia/KBI (sekarang Pramuka) dengan M. Jusak sebagai teknik komisarisnya. Dalam gerakan Muhammadiyah terdapat juga gerakan kepanduan Hizbulwathan (Cinta Tanah Air).
Jaman Jepang (tahun 1942-an), dibentuk oleh pemerintahan kolonial Jepang bermacam-macam organisasi Pemuda dan Wanita, seperti: Seinendan, Koonan Hako-ku, dan Fuzinkai.
Pasca kemerdekaan (1945 s/d 1960) gerakan kepemudaan mulai membangun kembali karena Agresi Militer Belanda I dan II. Baru pada tahun 1966 muncul gerakan penentangan PKI oleh gerakan Mahasiswa dengan meletusnya demonstrasi berdarah 9 September 1967 di Jalan Jawa (Jl.D.I Pandjaitan sekarang) tepatnya depan Kantor Perbendaharaan Negara dengan tewasnya mahasiswa FE Unlam bernama Hasanuddin.
Gerakan mahasiswa dan pemuda di KalSel era 1970-an mengikuti gerakan mahasiswa dan pemuda di Jawa pada saat itu. Kemudian gerakan mahasiswa dan pemuda di KalSel 1980-an juga mengikuti gerakan di Jawa, lahirlah berbagai organisasi remaja/pemuda masjid, seperti Angkatan Muda Sabilal Muhtadin, Ramaja Masjid Al-Jihad, Remaja Masjid Jami (Sei Jingah), Angkatan Muda Baitul Hikmah Unlam (1987), LPKDP (Lembaga Pendidikan Kader Dakwah Praktis) di Simpang Belitung. Identitas gerakan lebih menonjol untuk menangkal sekulerisme dikalangan remaja dan pemuda. Kemudian gerakan meluas pada isu-isu sekulerisme, seperti demo anti mejeng, demo SDSB, demo ketimpangan social dan sebagainya. Di era 1980-an dan 1990-an awal gerakan kemahasiswaan dan kepemudaan lebih condong pada gerakan moral dan pemikiran. Di era 1990-an LSM-LSM (LK3, Yayasan Pro Insan-Lewim, Yadah, LPMA, OTB), Mapala-Mapala di Fakultas dan Kompas Borneo Unlam mulai terbentuk dan beraktivitas yang kemudian menyatu ke dalam Walhi. Gerakan Mahasiswa dan Pemuda mulai bergeser pada isu-isu lingkungan dan kebijakan pemerintah lokal. Pada era ini gerakan bank syari’ah juga mulai terbangun dengan berdirinya BMT-BMT yang dikelola kelompok muda.Kajian-kajian melalui Masika ICMI juga menggaung.
Era tahun 2000-an terdapat variasi dan pergeseran gerakan mahasiswa dan pemuda. Mulai membesar jumlah mahasiswa yang apatis terhadap pergerakan, tumbuh LSM-LSM baru beriringan dengan genderang reformasi (seperti Kompak, Garu Sikat, CSPS, KAPPERA, dsb), sampai di Kabupaten-kabupaten juga berdiri LSM-LSM yang digerakkan oleh mahasiswa dan pemuda. Kita sangat salut dengan berhimpunnya mahasiswa dan pemuda dalam organisasi gerakan. Namun, kita perlu introspeksi diri, kemana arah gerakan kita, nilai-nilai substansial (ideologi) apa yang dibawa, kemana daerah ini dibawa, dan sebagainya dan sebagainya. Hindari tudingan pada gerakan kita : “mahasiswa dan pemuda sekarang terperosok pada ideologi materialistik”. Mampukah kita sekarang menyusun shaf-shaf/barisan-barisan idealistik, seperti gerakan-gerakan pemuda terdahulu?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar